Saturday, October 30, 2010

URUT-URUTAN BALUARTI
Semenjak zaman Sunan Gunung Jati, Alun-alun depan Kraton dinamai Sangka Buana, di tengah-tengah Alun-alun Sangka Buana tumbuh sepasang beringin jenggot, namun semenjak tehun 1930 beringin tersebut sudah tidak ada lagi.
Pada tanggal 6 November 1988 Alun-alun diperindah disesuaikan dengan pola keindahan tata kota Cirebon oleh Pemerintah Daerah Kodya Cirebon dengan seijin Sultan Sepuh Kasepuhan.
Dahulu Alun-alun Sangka Buana fungsinya untuk rapat akbar atau apel besar dan baris berbaris para prajuritdan pentas perayaan negara.
2 Mesjid Agung





Sebelah barat Alun-alun berdiri bangunan mesjid yang dibangun pada tahun 1422 Saka atau 1500 Masehi pleh Wali Sanga dan dinamai Mesjid Agung Sang Cipta Rasa.
·         Sang artinya Keagungan
·         Cipta artinya Dibangun
·         Rasa artinya Digunakan
Sang Cipta Rasa artinya bangunan besar ini pergunakanlah untuk ibadah dan kegiatan Agama.

3 Panca Ratna
Sebelah selatan Alun-alun atau sebelah Barat jalan menuju Kraton berdiri bangunan tanpa dinding yang dinamai Panca Ratna.
·         Panca artinya Lima
·         Ratna artinya Suka
Yang dimaksud disini hakekatnya adalah panca indra atau getaran yang lima yaitu Pangucap (mulut), Pangirup (hidung), Pangrungu (telinga), Pandeleng (mata), dan nafsu.Panca diartikan pula Jalannya dan Ratna diartikan dengan Sengsem atau Suka, Panca Ratna berarti Jalannya Kesukaan.
Panca Ratna berfungsi untuk tempat seba atau menghadap para penggede desa atau kampung yang diterima oleh Demang atau Wedana Kraton. Para Panggede itu setiap hari Sabtu pertama harus bermain Sodor Berkuda yaitu semacam perang Rider, permainan itu disebut Sabton, Sultan sangat menyukai sekali melihat permainan ini, biasanya melihat dari Siti Inggil dengan para pengiringnya.
4 Panca Niti
Sebelah Timur jalan menuju Kraton berdiri bangunan tanpa dinding dinamai Panca Niti.
·         Panca artinya Jalan
·         Niti artinya dari kata Nata atau Raja namun yang dimaksud disini adalah Atasan

Panca Niti berfungsi untuk berbagai kegiatan antara lain :
·         Tempat Perwira atau Pimpinan beristirahat
·         Tempat beristirahat setelah berbaris
·         Temapat Jaksa yang akan menuntut hukuman mati terdakwa kepada Hakim, dan apakah terdakwa mendapat Grasi dari Raja.
·         Tempat petugas yang mengatur keramaian atau pentasan yang diadakan negara.
5 Kali Sipadu
Sebelah Selatan Panca Ratna dan Panca Niti membentang solokan dari Barat ke Timur yang dinamai Sipadu, berfungsi sebagai pembatas antara penduduk umum dan penghuni Baluarti Kraton Kasepuhan Cirebon.
6 Kreteg Pangrawit
Di atas kali Sipadu ada sebuah jembatan menuju Kraton yang dinamai Kreteg Pangrawit.
·         Kreteg artinya Perasaan
·         Pangrawit artinya Kecil
Yang dimaksud lembut atau halus atau baik artinya orang yang melintasi jembatan ini diharapkan yang bermaksud baik-baik saja yang telah diperiksa oleh kemitan Panca Ratna.
7.  Lapangan Gianti
Setelah melewati jembatan Pangrawit sebelah Barat ada sebuah lapangan yang bernama Lapangan Gianti yang dahulunya merupakan sebuah taman yang dibangun oleh Pangeran Arya Carbon Kararangen yang biasa disebut dengan nama Pangeran Gianti.


8.  Siti Inggil
Sebelah Barat lapangan Gianti berdiri bangunan dari bata merah berbentuk Podium yang bernama Siti Inggil.
·         Siti artinya Tanah
·         Inggil artinya Tinggi
Kedua kata tersebut berasal dari bahasa Cirebon, Siti Inggil dikelilingi bata merah berupa Candi Bentar.
·         Candi artinya Tumpukan
·         Bentar artinya Bata
Setiap pilar diatasnya ada Candi Laras
·         Candi artinya Tumpukan
·         Laras artinya Sesuai
Arti dari Candi Laras ialah peraturan itu sesuai dengan ketentuan hukum.
Pada Siti Inggil berdiri lima buah bangunan tanpa dinding beratap sirap, deretan depan dari sebelah Barat ke sebelah Timur, nama dan arti bangunan tersebut ialah :
·         Mande Pendawa Lima, bertiang lima melambangkan Rukun Islam fungsinya untuk Pengawal Raja.
·         Mande Malang Semirang atau Mande Jajar, tiang tengahnya yang berukir berjumlah enam buah yang melambangkan Rukun Iman, seluruhnya ada dua puluh tiang, melambangkan sifat keTuhanan, Malang Semirang khusus untuk tempat Raja bila melihat acara atau pertunjukan di Alun-alun dan mengadili terdakwa.
·         Mande Semar Tinandu, bertiang dua yang melambangkan Dua Kalimat Syahadat, berfungsi untuk tempat Penghulu atau Penasehat Raja.
Deretan belakang dari barat ke Timur :
·         Mande Karesmen artinya bangunan kesenian, fungsinya untuk membunyikan Gamelan Sakaten pada tanggal 1 Syawal dan 10 Dzulhijah waktunya setelah dilaksanakannya Shalat Idul Fitri, jelasnya tempat tersebut adalah tempat membunyikan gamelan yang dianggap sopan dan diperbolehkan oleh para Muthabiin pada masa lalu.
·         Made Pangiring, berfungsi sebagai tempat duduk Prajurit pengiring Raja dan untuk tempat hakim menyidang terdakwa yang ditungtut hukuman mati oleh Jaksa.
Disebelah Selatan Made Pangiring terdapat dua buah batu yang diberi nama Lingga dan Yoni melambangkan Adam dan Hawa yang merupakan koleksi benda bersejarah.
Pada bangunan Siti Inggil bangunan gapura depan bermotif gapura bali yang diberi nama Gapura Adi, dibelakang bernama Gapura Banteng karena pada kaki gapura terdapat kaki banteng, ini melambangkan keberanian dan kekuatan Aparatur Negara.
Pada bangunan Siti Inggil ditanami pohon Tanjung yaitu lambang Nanjung dalam bertahta. Ada pepatah pawikon berbunyi : “Nanjung Ratu Waskitha Swalaning Paranala” yang artinya Menjadi seorang Raja harus mengetahui penderitaan rakyatnya.
Pada halaman depan Siti Inggil ditanami pula dengan pohon Sawo Kecik, Kecik artinya baik yang artinya diharapkan manusia itu berkelakuan baik dan benar.
Ada Vakem Sangkrit yang berbunyi “Satyam Ewa Jayatin” yang artinya kebenaran adalah keunggulan.
Pada halaman Siti Inggil terdapat sebuah Meja Batu Kalijaga dan Bangku yang berasal dari Gujarat yang dibawa oleh Thomas Stamford Raffles seorang berkebangsaan Inggris yang hobi terhadap sejarah dunia, yang kemudian menulis atau menyusun Sejarah Indonesia (History of Indonesian), dan hasil penulisannya diajarkan di sekolah-sekolah pada masa pemerintahan Kolonial Belanda, kemudian ia menjadi Gubernur Jendral Van Java pada tahun 1813-1818, menjabat sebagai Gubernur selama lima tahun.
Siti Inggil mengalami pemugaran oleh Dianas Heid Keunde Belanda pada tahun 1934-1938 selama empat tahun tetapi tanpa mengubah bentuk bangunan Siti Inggil aslinya.
9.  Pengada
Sebelah Selatan bangunan Siti Inggil berdiri bangunan tanpa dinding yang menghadap ke arah Barat yang bernama Pengada atau Kubeng yang artinya Keliling (Stelincup). Pengada fungsinya untuk tempat Panca Lima.Panca diartikan Jalannya atau Gerakan, Lima yangdimaksud adalah lima unsur Aparat Negara yaitu : Demang Dalem, Camat Dalem, Lurah Dalem, Laskar Dalem, dan Kaum Dalem. Tepatnya Pengada ialah tempat bertugas kelima aparat tersebut.
Didepan Pengada ditanami pohon Kepel. Kepel sama dengan Genggem artinya lima orang Petugas saling menggenggam atau bersatu dan bertanggungjawab dalam menjalankan tugas.
Kini pohon Kepel telah tumbang dan digantikan dengan pohon Beringin, didepan Pengada sebelah Selatan ada sebuah Pintu Gerbang yang bernama Gerbang Pengada, dahulunya berdaun pintu seroja kayu dan dijaga oleh dua orang Laskar bertombak.
Sebelah Timur Gerbang Pengada ada Gerbang Bentar, disitu ada penjaga Lonceng, maka gerbang tersebut disebut Gerbang Lonceng, sekarang lonceng tersebut sudah tidak ada lagi.
10. Kemandungan
Masuk ke Gerbang Pengada kita akan sampai ke halaman yang dinamai Kemandungan, dahulunya didekat gerbang lonceng ada sebuah bangunan yang dinamai Gedung Kemandungan = andalan (cagaran), gedung ini berfungsi untuk menyimpan alat atau peralatan perang (senjata), disebelah Selatan Gedung Kemandungan ada sumur yang dinamai Sumur Kemandungan berfungsi sebagai tempat mencuci senjata pada setiap tanggal 1 sampai dengan 10 Muharam.Sekarang Gedung Kemandungan sudah tidak ada dan senjatanya dipindahkan ke Gedung Musium.
11. Langgar Agung
Sebelah Barat Kemandungan berdiri sebuah bangunan yang bernama Langgar Agung atau Musholah, untuk tempat sholat orang-orang dalem (Sultan), Sholat Tarawih, Sholat Idul Fitri dan Idul Adha.
Di depan Langgar Agung ada Cungkup untuk tempat Bedug, bedugnya bernama Sang Magiri yang artinya bila bedug tersebut dipukul sebagai isyarat untuk memperingatkan masuknya waktu Sholat agar semuanya mengerjakan Sholat.
Ada sebuah Hadist yang berbunyi : “Ajilu bisholati qoblal fawt wa ajilu qoblal mawt” yang artinya “Bersholatlah sebelum lewat waktunya dan bertaubatlah sebelum mati” .
Langgar agung hingga sekarang masih dipergunakan untuk pelaksanaan Selamatan Bubur Slabuk pada tanggal 10 Muharam, Apem pada tanggal 15 Syafar, Mauludan pada tanggal 12 Rabiul Awal ( ba’da Sholat Isya sampai dengan selesai ), Tajilan pada bulan Ramadhan, Selamatan Lebaran pada tanggal 1 Syawal dan penyembelihan Qurban pada tanggal 8 Djulhidjjah (Idul Adha) oleh pihak keraton.
12.  Pintu Gledegan
Dari kemandungan arah ke Selatan melalaui gerbang yang dinamai Pintu Gledegan yang sekarang berdaun pintu dari tralis besi, dahulu dijaga dua orang Laskar atau Prajurit bertombak, bila ada orang yang masuk diperikasa dengan suara menggeledeg seperti petir maka pintu ini dinamai Pintu Gledegan.
13.  Taman Bunderan Dewan Daru
Setelah melewati Pintu Gledegan kita akan menemui sebuah taman yang bernama Taman Bunderan Dewan Daru, taman ini dibangun oleh Plan Soen rolaknya dari batu cadas, ditaman ini ditanami delapan pohon Dewan Daru maka taman ini dinamakan Taman Bunderan Dewan Daru (bentuknya bundar).
Bundar yang dimaksud adalah adalah Sepakat, Dewan artinya Dewa atau Mahluk Halus dan Daru adalah Cahaya artinya Jadilah orang yang menerangi sesama mereka yang masih hidup dalam rasa kegelapan.

Di taman ini terdapat beberapa bangunan antara lain :
·         Nandi (patung lembu kecil) melambangkan kepercayaan Hindu sebagai koleksi.
·         Pohon Soka sebagai lambang hidup bersuka hati
·         Patung dua ekor Macan Putih yang merupkan lambang kerajaan Pajajaran
·         Meja dan Bangku Batu sama dengan yang terdapat dihalaman Siti Inggil
·         Dua buah Meriam persahabatan dari Prabu Kabunangka Pakuan, meriam ini dinamai Ki Santoma dan Nyi Santomi.
14. Museum Benda Kuno





Sebelah Barat Taman Bunderan Dewan Daru berdiri bangunan museum yang pernah dipugar oleh departemen P&K dinas purbakala pada tahun 1974 – 1975, dan bentuknya dirubah menjadi huruf E tapi tembok tengahnya (yang atas pilarnya ada memolo Bunga Teratai Kudup) masih asli. Pintu museum yang tengah khusus untuk masuk orang dinas yang berkepentingan saja, kalau untuk pengunjung wisata masuk dari pintu sebelah Selatan dan keluar dari pintu sebelah Utara.
Museum ini untuk menyimpan barang – barang antik peninggalan sejarah seperti barang kerajinan dari dalam dan luar negeri, alat upacara adat dan juga senjata sebagai koleksi diantaranya :
1.    Seperangkat Gamelan Degung persembahan dari Ki Gede Kawungcaang Banten tahun 1426 karena putrinya Dewi Kawung Anten dinikah Sunan Gunung Jati. Degung ini merupakan duplikat Degung Pusaka Pajajaran.
2.    Seperangkat Gamelan berlaras Slendro dan Wayang Purwa dari Cirebon tahun 1748 peninggalan Sultan Sepuh IV, gamelan ini dinamai Ki Ketuyung.
3.    Vitrin I : berisi Pagoda Graken untuk tempat jamu, Peti Kandaga dari Suasa untuk tempat perhiasan dan Kaca Rias (Cermin) semua peninggalan tahun 1506.
4.    4 buah Rebana peninggalan Sunan Kalijaga tahun 1412 dan Genta (bel) yang dinamai Bergawang, dahulu sebagai pertanda pelantikan Sunan Gunung Jati/Syech Syarief Hidayatullah dinobatkan sebagai Sultan Aulia Negara Cirebon oleh Dewan Wali Sanga, menguasai daerah Cirebon, Kuningan, Indramayu, dan Majalengka pada tahun 1429.
5.    Seperangkat Gamelan Sekaten persembahan dari Sultan Demak ke III (Sultan Trenggono) pada waktu pernikahan Ratu Mas Nyawa (adik Sultan Trenggono) dengan Pangeran Bratakelana putra Sunan Gunung Jati tahun 1495. Gamelan ini digunakan sebagai alat propaganda untuk memikat orang – orang hindu untuk masuk Islam, hingga sekarang Gamelan Sekaten dibunyikan setiap hari raya Idul Fitri dan Idul Adha di Siti Inggil.
6.    Vitrin II : Berisi tempat tinta dari Cina tahun 1697, Ani – ani untuk memotong padi, Gelas Minum dari VOC tahun 1745, Alat Upacara Raja yaitu 2 buah Jantungan, 2 buah Manggaran dan 2 buah Nagan terbuat dari perak (sekarang digunakan untuk upacara Gerebeg Mulud), Standar Lilin Kristal dari Prancis tahun 1738, Lumbung Padi (miniatur) terbuat dari uang kepeng Cina, 4 buah Kerang Buntet dari Laut Banda, ukiran kayu berbentuk Naga saling melilit disebut Naga Tunggul Wulung kepercayaan dulu sebagai Tumbal (mascot), Naga Tunggul Wulung itu pengawalnya Dewi Pohaci (Dewi Padi), satu set Perhiasan Pengantin untuk Putra Raja tahun 1526 terbuat dari logam Kuningan Sari.
7.    Vitrin III : berisi 24 buah baju logam disebut Harnas/Malin juga disebut Baju Kere merupakan rampasan dari Portugis tahun 1527.
8.    3 Buah peti kayu berukir dari Cina dan 6 buah peti dari Mesir pada jaman Sunan Gunung Jati.
9.    Vitrin IV : berisi Kujang, Cundrik, Pedang dan Trisula.
10.  Vitrin V : berisi beberapa buah mata tombak.
11.  Vitrin VI : berisi Bedil Berlidi (penyocok Mesiu) dari Mesir, Bedil Dobel Loop dan Pedang dari Portugis.
12.  Di ruang pintu tengah ada 2 buah meriam dari Kalingga India persembahan dari Patih Keling yang di Islamkan oleh Sunan Gunung Jati tahun 1423, kemudian ki Patih beserta anak buahnya turun temurun mengabdi untuk menjaga Makam Sunan Gunung Jati hingga sekarang.
13.  Vitrin VII : berisi barang keramik dari Cina tahun 1424, dibawahnya berisi senjata/keris – keris dari masyarakat.
14.  Vitrin VIII : berisi beberapa buah Genta kerajinan Cina, beberapa buah Kendi terbuat dari buah Labu, 4 buah patung kayu Bali yang disebut Krisna Murti. Krisna = Wisnu, Murti = Kuasa, ini berarti menggambarkan Dewa Wisnu dilahirkan kedunia untuk mencegah kemurkaan manusia, jin dan hewan, beberapa buah Piring dan Mangkuk persembahan dari Sultan Aryadillah Palembang, Kelapa Janggi penemuan Pangeran Cakrabuana dari Laut Aden waktu pulang dari Haji tahun 1390.
15.  Rak berisi beberapa buah tombak Seligi.
16.  Di tembok sebelah barat terdapat panah beserta gendewanya, disampingnya berisi beberapa buah tombak.
17.  Vitrin IX : Berisi Kujang dan Cundrik dari Pajajaran sejak jaman P. Cakrabuana lalu diberikan kepada Sunan Gunung Jati.
18.  Beberapa buah meriam dari Cina tahun 1676 dan meriam dari Potugis tahun 1527. Pada waktu itu Portugis memonopoli perdagangan di Sunda Kelapa dan menduduki Sunda Kelapa kemudian diusir oleh Tubagus Paseh (Fatahillah) menantu Sunan Gunung Jati dengan bantuan sisa laskar Pajang, kemudian Portugis mundur ke Sumatra dan akhirnya ke Malaka, diantara meriam dari Cina dan Portugis terdapat Alat Debus dari Banten persembahan dari Sultan Hasanudin Banten tahun 1552 untuk penembahan Pakungwati, dibawahnya terdapat Batu peluru Bandil (bahasa Arab disebut Hajar Rajam) untuk perang pada jaman dulu.
19.  Rak berisi beberapa buah Tombak Cis untuk Khotbah.
20.  Vitrin X : berisi 48 tombak Dwisula, 37 tombak Trisula, 48 tombak Catursula, yang kesemuanya dibuat oleh Sultan Sepuh V Mandainya di Desa Matanghaji tahun 1776, 84 buah bayonet peninggalan Kompeni Belanda tahun 1774 dan senjata – senjata persembahan dari masyarakat untuk dimuseumkan.
21.  Di sudut ruangan ada satu set Meja Kursi Hitam model Eropa tahun 1845, disampingnya terdapat Ukiran kayu motif Wadasan ditumbuhi Pohon Teratai persembahan kapten Cina dari Pekalongan yang bernama Tan Tjoeng Lay yang ahli bahasa Belanda, Inggris, Tak Tje, Jawa, Melayu, dan Sunda juga suka dengan ilmu Kejawen. Kemudian masuk Islam dan mengabdi pada Sultan Sepuh I, diberi gelar Tumenggung Ariya Wira Cula tahun 1676 – 1697.
22.  Vitrin XI : berisi beberapa mata tombak jaman Sultan Sepuh V
23.  Vitrin XII : berisi Pagoda Graken, Mangkuk Besar, dan kendi Keramik dari Mongolia Dinasti Ming, Cangkir dari Cina tahun 1424.
24.  Meja Vitrin I : berisi mata tombak ditatrap emas, Keris Sekin karya Empu jaman Sunan Gunung Jati, mata tombak besar tatrap emas khusus untuk Ki Bergawa perwira kuat berbadan besar seperti Samson atau Hercules dan juga Badik dari Makasar.
25.  Meja vitrin II : berisi busana Putra – Putri Sultan masa Sultan Sepuh X.
26.  Vitrin XIII : Berisi mata tombak dan Keris.
1.    Di pojok sebelah timur terdapat ukiran kayu Ganesha naik gajah karya Panembahan Girilaya tahun 1582,
2.    Seperangkat Alat Tedak Siti atau Mudun Lemah (turun tanah) terdiri dari 1 buah Sangkar Bambu, 1 buah Kursi dan tangga kecil berundagan lima untuk Upacara Turun Tanah Anak berusia tujuh bulan, acaranya setelah undangan kumpul, anak dipapah lalu kakinya diinjakkan pada undagan tangga dan terakhir dimasukkan kedalam sangkar yang didalamnya ada tanah kemudian kakinya diinjakkan ke tanah lalu disuruh memilih, jika mengambil padi bakal menjadi petani, Uang bakal jadi pedagang, Pensil jadi pegawai, Buku jadi ahli ilmu, al quran jadi ahli agama, emas jadi banyak harta, pisau jadi tentara, peralatan ini peninggalan Sultan Sepuh XI tahun 1899,
3.    Di sekeliling Tembok Museum terdapat beberapa buah ukiran kayu diantaranya ukiran kayu Mantingan yang menggambarkan Manusia Purba dari desa Mantingan kerajaan Pajang pada jaman Panembahan Pakungwati I yang bersahabat dengan Sultan Pajang dan berjodoh dengan putri Pajang Ratu Mas Gulampok Angroros tahun 1510, ukiran kayu yang menggambarkan 2 makhluk Prabangsa berhadap – hadapan karya Panembahan Pakungwati I dikala melihat awan bergumpal dilangit berbentuk binatang lalu digambar ditanah kemudian dilukis dibuat ukirannya.


15 Museum Kereta


                           


Sebelah Timur Taman Bunderan Dewan Daru berdiri bangunan untuk tempat penyimpanan kereta pusaka yang dinamai Kereta Singa Barong. Singa = dari Sing Ngarani (bahasa Cirebon), Barong = dari bareng – bareng. jadi singa barong itu berarti Sing ngarani bareng – bareng dalam bahasa Indonesia berarti yang memberi nama sama – sama.
Kereta ini dibuat pada tahun 1549 atas prakarsa Panembahan Pakungwati I mengambil pola makhluk Prabangsa, arsiteknya adalah Panembahan Losari, Werk Bas Gebang Sepuh sedangkan pemahatnya adalah Ki Nataguna dari desa Kaliwulu. Kereta singa barong merupakan perwujudan dari tiga binatang jadi satu yaitu : 1. Belalai gajah melambangkan persahabatan dengan negara India yang beragama Hindu, 2. Kepala Naga melambangkan persahabatan dengan negara Cina yang beragama Budha, 3. Sayap dan badan mengambil dari Buroq melambangkan persahabatan dengan negara Mesir yang beragama Islam. Dari ketiga kebudayaan menjadi satu (Hindu, Budha, Islam) digambarkan dengan Tri Sula di Belalai. Tri = tiga, Sula = tajam yang dimaksud adalah tajamnya alam pikiran manusia yaitu Cipta, Rasa, Karsa.
Ada sastra Jawa berbunyi Witing Guna Saka Kaweruh Dayane Satuhu yang artinya adalah Asalnya Kebijaksanaan itu dari Pengetahuan Jalankanlah dengan mantap dan baik.
Kereta ini dahulunya dipergunakan untuk upacara Kirab keliling kota Cirebon tipa tanggal 1 Syura/Muharam dengan ditarik 4 ekor kerbau bule. Semenjak tahun 1942 sudah tidak dipakai lagi.
·         Didalam museum kereta juga terdapat 2 buah Tandu Jempana dari Cina persembahan dari Kapten Tan Tjung Lay dan Kapten Tan Boen Wee tahun 1676. Tandu Jempana ini untuk Permaisuri dan Putra Mahkota
·         Tandu Garuda Mina dibuat tahun 1777 di Gempol Palimanan, tandu ini dipergunakan untuk mengarak anak yang mau dikhitan,
·         Juga terdapat pedang – pedang dari Portugis dan Belanda, 2 buah meriam dari Mongolia tahun 1424 yang berbentuk naga, dan seperangkat Angklung Kuno persembahan masyarakat daerah Kuningan,
·         Di belakang kereta terdapat tombak – tombak panjang berbendera kuning yang disebut Blandrang, biasanya tombak – tombak ini dibawa oleh Prajurit Panyutran sebagai barisan kehormatan, dan juga terdapat Tunggul Gada/Tunggul Manik sebagai lambang penerangan dan Payung Keropak sebagai lambang pengayoman,
·         Duplikat Kereta Singa Barong dibuat atas prakarsa Putra Mahkota PRA. Arief Natadiningrat, SE pada tahun 1996 dipakai pada Festival Keraton Nusantara II tahun 1997 di Cirebon.

16.  Tugu Manunggal
Sebelah Selatan Taman Bunderan Dewan Daru terdapat Tugu Batu pendek dikelilingi 8 buah pot bunga maksudnya Lambang Kepercayaan Islam menyembah kepada Allah yang satu Dzat sifatnya. Tugu ini dinamai Tugu Manunggal.
17. Lunjuk
Sebelah Barat tugu manunggal berdiri bangunan yang disebut Lunjuk yang artinya Petunjuk. fungsinya untuk tempat Staf harian yang tugasnya melayani tamu yang mau menghadap pada Raja (mencatat dan melaporkan).
18. Sri Manganti
Sebelah Timur tugu manunggal berdiri bangunan tanpa dinding yang disebut Sri Manganti. Sri = Raja, Manganti = Menunggu, sehingga artinya adalah Tempat menunggu keputusan raja setelah melapor di Lunjuk.
19. Kuncung dan Kutagara Wadasan
Sebelah Selatan tugu manunggal ada bangunan beratap Sirap disebut Kuncung (Poni) fungsinya untuk tempat parkir kendaraan raja/sultan dibangun tahun 1678 oleh Sultan Sepuh I. Kuncung Bergerbang dibuat Putih mengandung unsur seni khas Cirebon, bawahnya berukir Wadasan yang melambangkan Manusia hidup harus mempunyai pondasi yang kuat, dan atasnya berukir Mega Mendung yang melambangkan Jika sudah menjadi pimpinan atau raja harus bisa mengayomi bawahannya atau rakyatnya. Gapura ini disebut Gapura Kutagara Wadasan.
20.  Jinem Pangrawit
Sebelah Selatan Kuncung terdapat ruangan sebagai serambi depan Kraton yang disebut Jinem Pangrawit. Jinem = Kejineman (tempat Tugas), Pangrawit = dari kata rawit yang dimaksud adalah halus atau bagus (baik), fungsinya untuk tempat tugas Pangeran Patih atau wakil Sultan menerima tamu.
21. Pintu Buk Bacem
Sebelah Barat dan Timur Jinem Pangrawit terdapat Pintu Gerbang beratap tembok melengkung (hoeg/buk) berdaun pintu kayu. Kayunya dibacem dulu (direndam dengan diberi ramuan). Pintu ini disebut Pintu Buk Bacem. Pintu ini yang sebelah barat untuk pengunjung wisata, dan yang sebelah timur untuk keluar masuk penghuni kraton tiap hari.
22. Gajah Nguling
Sebelah dalam Jinem Pangrawit terdapat bangunan tanpa dinding bertiang putih disebut Loos Gajah Nguling mengambil makna dari gajah sedang nguling (menguak) belalalinya bengkok, bentuk bangunan inipun tidak lurus seperti belalai gajah sedang menguak. Maksudnya adalah harus irit tidak boleh boros. Loos ini dibangun oleh Sultan Sepuh IX tahun 1845 fungsinya adalah sebagai penghubung Jinem pangrawit dengan Bangsal Pringgandani.
23. Bangsal Pringgandani
Sebelah Selatan/dalam Loos Gajah Nguling ada ruangan yang dinamai Bangsal Pringgandani mengambil nama dari cerita pewayangan fungsinya untuk pisowan (menghadap) para bupati Cirebon, Kuningan, Indramayu dan Majalengka. Dan juga sewaktu – waktu dipakai sidang wargi Kraton.
24. Langgar Alit
Sebelah Barat Bangsal Pringgandani berdiri bangunan tanpa dinding yang dinamai Langgar Alit fungsinya untuk tadarus Al Quran setelah Sholat Tarawih kemudian membunyikan Terbang/Gembyung, pada tanggal 15 Ramadhan diadakan selamatan Khatam Al Quran ke I, tanggal 17 Ramadhan peringatan Nuzulul Quran, tanggal 29 Ramadhan Maleman, tanggal 30 Ramadhan Khatam II, dan ba’da Isya Penghulu dan kaum menerima Zakat Fitrah dari Sultan Sepuh sekeluarga,Tanggal 17 Rajab ba’da Isya diadakan Isro Mi’roj (Rajaban), tanggal 15 Sya’ban diadakan Nisfu Sya’ban (Rewahan) dan peringatan hari – hari besar Islam hingga sekarang.
Langgar Alit pernah dipugar bersamaan dengan Siti Inggil dan lantainya diganti dengan marmer. Sebelah Utara Langgar Alit sejajar tembok terdapat pintu yang disebut Pintu Putri, pintu ini menuju Keputren, umum tidak boleh masuk.
25. Jinem Arum
Sebelah Timur Bangsal Pringgandani berdiri bangunan tanpa dinding dinamai Jinem Arum yang fungsinya adalah untuk ruang tunggu wargi yang mau menghadap Sultan.
26. Kaputran
Sebelah Timur Jinem Arum berdiri bangunan menghadap Utara dinamai Kaputran fungsinya untuk tempat tinggal Putra Sultan yang Laki – laki.
27 Bangsal Prabayaksa
Sebelah dalam Bangsal Pringgandani ada ruangan yang disebut Bangsal Prabayaksa. Praba = Sayap, Yaksa = Besar, arti maksudnya adalah Sultan melindungi rakyat dengan kedua tangannya yang besar seperti induk ayam melindungi anaknya dengan kedua sayapnya, yang dimaksud disini Besar Kekuasaannya. Bangsal Prabayaksa dibangun tahun 1682 oleh Sultan Sepuh I dan fungsinya untuk tempat sidang para Mentri Nagara Kraton Kasepuhan.
Di Bangsal Prabayaksa terdapat Meja/kursi bercat kuning gading dibuat 1738, juga terdapat lampu kristal dari Prancis tahun 1738 dan lampu Storlop Prasman dari VOC tahun 1745, ditembok terpasang tegel – tegel proselen berwarna biru dan coklat dari VOC, tegel yang coklat gambarnya mengandung cerita dari Injil dan juga piring – piring kramik dari Cina Dinasti Han Boe Tjie tahun 1424, 3 buah lukisan dari Belanda dan 1 buah dari Jerman tahun 1745.
Di tembok bangsal prabayaksa terdapat 4 buah relief karya Pangeran Arya Carbon Kararangen (adik Sultan Sepuh II) tahun 1710. Relief ini dinamai Kembang Kaningaran artinya Lambang Kenegaraan maksudnya adalah Sri Sultan dalam memegang tampuk kenegaraan harus welas asih pada rakyat.
28 Kaputren
Sebelah barat relief terdapat pintu menuju bangunan yang dinamai Kaputren yang fungsinya adalah untuk tempat tinggal Putra Sultan yang perempuan.
29 Dalem Arum
Sebelah Timur Relief terdapat Pintu menuju ruangan yang bernama Dalem Arum atau Kedaton yang fungsinya untuk tempat tinggal Sultan dan Keluarga-Nya turun-temurun hingga sekarang, selain penghuni keraton (umum) dilarang masuk.

30 Bangsal Agung Panembahan
Sebelah Selatan Bangsal Prabayaksa naik tangga terdapat ruangan yang disebut Bangsal Agung Panembahan, berfungsi sebagai tenpat Singgasana Gusti Pangeran.
Didalam Bangsal Agung Panembahan terdapat Kursi Singgasana dengan Mejan berkaki bergambar Ular yang melambangkan dahulu Ucapan Raja adalah Hukum atau Undang-undang, dibelakang Singgasana terdapat tempat tidur yang disebut Ranjang Kencana untuk tempat istirahat siang Raja, disebelah Kanan dan Kiri Singgasana terdapat Meja dan Kursi untuk Permaisuri dan Putra Mahkota bila berkenan hadir.
Sekarang Bangsal Agung Panembahan dipergunakan untuk sesaji Sarana Panjang Jimat (Selamatan Maulud) yang mengerjakannya Kaum Mesjid Agung dan disaksikan oleh Sultan, Raden Ayu dan Kerabat Keraton.Waktunya ba’da Isya Tanggal 12 Rabiulawal, setelah selesai diiring menuju Langgar Agung.
Lantai Bangsal Agung Panembahan masih asli tahun 1529 sedangkan Lantai Bangsal Prabayaksa dan Pringgadani sudah diganti pada tahun 1934 dan Jinem Pangrawit pada tahun 1997.
31 Pungkuran
Sebelah Selatan Bangsal Agung Panembahan terdapat ruangan tanpa dinding yang merupakan Serambi Belakang yang disebut Pungkuran atau Buritan karena letaknya paling belakang dan berfungsi untuk tempat sesaji Sarana Maulud Nabi Muhammad SAW.
32 Dapur Mulud
Didepan Kaputren terdapat bangunan menghadap ke Timur yang dinamai Dapur Mulud yang fungsinya untuk tempat memasak bila selamatan Maulud, yang memasaknya Ibu-ibu Kaum Mesjid Agung.
33 Pamburatan
Sebelah Selatan Kaputren terdapat bangunan yang bernama Pamburatan yang fungsinya untuk tempat menggurat atau mengerik Kayu Wangi bahan Boreh atau Param pelengkap selamatan Maulud Nabi Muhammad SAW

Demikianlah apa yang tertuang dan tersaji dalam Buku Panduan ini semuanya disusun kembali dari Buku Panduan yang ada (R. Sakeh) dengan tidak menambah, mengurangi ataupun merubah dari arti, maksud dan tujuannya.
Apabila ada keterangan yang kurang berkenan atau kurang dimengerti mohon ma’af senesar-besarnya Amien.....


Cirebon medio januari 1988
PENYUSUN